DETIKWARGA.COM -
Pernahkah Anda membayangkan jika jantung Anda berdetak di luar dada? Tentu akan
sangat menakutkan, bukan?
Inilah yang dialami oleh Virsaviya Borun, anak perempuan
berusia 8 tahun yang mengalami kondisi langka dengan jantung berada di luar
tulang dadanya.
Kisan Virsaviya mulai viral saat videonya muncul di Youtube.
Dalam video berdurasi 43 detik tersebut, terlihat bahwa jantung anak perempuan
tersebut berdetak di luar dadanya dengan kencang saat ia tertawa.
Sebuah pemandangan yang cukup mengerikan, mengingat jantung
anak kecil itu hanya dilindungi kulit tipisnya.
Kondisi langka Virsaviya ini disebut dengan pentalogy of
cantrell, yaitu cacat lahir di daerah dada dan perut yang sering menyebabkan
jantung berada tepat di bawah kulit seseorang. Hal ini berlawanan dengan
kondisi normal pada umumnya, yaitu jantung barada di bawah tulang dada.
National Organization of Rare Disorder (NORD) menyebutkan,
gangguan ini bisa termasuk cacat pada diafragma (otot yang memisahkan rongga
dada dan perut, red), tulang dada, membran yang melapisi jantung, dinding
perut, dan jantung itu sendiri.
"Istilah 'penta' dalam kondisi ini berasal dari bahasa
Yunani untuk lima. Karena kelainan tersebut mencakup hingga lima
kecacatan," ungkap NORD dikutip dari Live Science, Selasa (21/11/2017).
"Namun, kebanyakan bayi dengan kelainan ini tidak
memiliki kelimanya sekaligus," sambungnya.
Kasus paling parah dari pentalogy of cantrell adalah ketika
orang terlahir dengan jantung sepenuhnya atau sebagian berada di luar rongga
dada. Rongga dada adalah bilik tempat jantung biasanya berada. Rongga dada
sendiri dilindungi oleh tulang rusuk.
"Usus dan organ perut penderita kelainan ini juga dapat
menonjol sebagian di luar tubuh mereka melalui pusar," kata NORD.
Pentalogy of cantrell sendiri merupakan penyakit yang sangat
langka. NORD menyebutkan bahwa kelainan ini hanya terjadi pada 5 orang per satu
juta kelahiran.
Dalam sebuah penilitan pada 2008, para ilmuwan menemukan
bahwa bayi yang lahir dengan kondisi ini sering tidak bertahan lama.
Penelitian 2008 itu melibatkan 58 bayi dengan kelainan
tersebut. 37 bayi (64 persen) yang menderita kelainan ini meninggal beberapa
hari setelah dilahirkan.
"Dalam banyak kasus, kondisinya fatal tanpa operasi
yang bisa memperbaiki cacat lahir ini," kata NORD.
Virsaviya sebenarnya berasal dari Rusia, tetapi saat ini dia
dan ibunya tinggal di Florida setelah seorang dokter dari Rumah Sakit Anak
Boston bersedia merawatnya.
Sayangnya, operasi untuk Virsaviya urung dilakukan karena
gadis cilik ini juga menderita tekanan darah tinggi di arteri pulmonalisnya
(pembuluh yang membawa darah dari jantung ke paru-paru. (kompas)
0 Comments