PANTURAPOS - Rumania akan memiliki perdana menteri wanita
yang juga merupakan seorang Muslim, untuk kali pertama dalam sejarah negara di
benua Eropa tersebut.
Sevil Shhaideh, 52, berasal dari minoritas Tatar Rumania,
merupakan pendatang baru dalam politik. Ia bekerja untuk Partai Sosial Demokrat
Rumania (SDP) di sebuah distrik sejak empat tahun terakhir.
Meski bukan pemimpin SDP, namun dia telah dinominasikan untuk
menjadi PM di tengah kondisi politik yang tidak biasa, setelah partainya
memperoleh 45 persen suara dalam pemilihan umum pada 11 Desember.
Bersama-sama dengan Aliansi Liberal dan Demokrat, SDP
memegang mayoritas kursi di parlemen.
Pemimpin partai pemenang secara resmi diminta menjadi PM
oleh presiden. Tapi hal ini tidak memungkinkan karena pemimpin SDP, Liviu
Dragnea, sudah dijatuhi hukuman karena kecurangan pemilu pada April lalu. Dia
divonis dua tahun penjara dengan hukuman percobaan yang membuat dia dilarang
memegang jabatan publik.
Dragnea pun menominasikan Shhaideh untuk mengambil alih
kendali. Ia juga telah meminta Presiden Klaus Iohannis untuk menyetujui
nominasi. Parlemen Rumania juga harus menyetujui nominasi agar Shahaideh dapat
menjadi PM. Kedua pihak disebut-sebut siap meloloskannya.
Baca: Partai Sosial Demokrat Menang Mudah di Pileg Rumania
Meski pada akhirnya Shhaideh menjadi PM, Dragnea menilai
kekuasaannya nanti hanya bersifat simbolis.
"Jika ditunjuk, dia akan menjadi perdana menteri,
tetapi tanggung jawab politik negara ini masih ada di tangan saya," kata
Dragnea, Rabu 21 Desember, menurut laporan Associated Press, seperti dilansir
IB Times, Kamis (22/12/2016).
Shhaideh dan Dragnea adalah kolega dekat. Saat Shhaideh
menjadi sekretaris negara di Kementerian Pembangunan, Dragnea adalah
menterinya. Shhaideh kemudian menggantikan posisi menteri ketika Dragnea
mengundurkan diri pada 2015. Dragnea juga pernah menghadiri pernikahan Shhaideh
dengan seorang pengusaha Suriah di tahun yang sama.
Dalam populasi 80 persen Kristen Ortodok dan kurang dari
satu persen Muslim, nominasi Shhaideh bisa menjadi tidak populer. Tetapi
sejumlah analis menilai pada kenyataannya nanti, nominasi Shhaideh tidak akan
menjadi sesuatu yang kontroversial.
"Jelas akan ada bagian dari pemilih yang tidak
menyukainya," kata Paul Ivan, analis kebijakan senior di Pusat Kebijakan
Eropa (EPC) di Brussels sekaligus mantan diplomat Rumania, kepada New York
Times.
"(Tapi) umumnya komunitas Muslim Rumania, Turki, dan
Tatar, menjalankan ajaran agama Islam dengan sangat moderat," sambung dia.
"Mereka telah hidup lebih dari 100 tahun di negara
non-Muslim, mereka telah melalui rezim sosialis. Jika Anda melihat Shhaideh,
kepalanya tidak tertutup," tuturnya.
Presiden Iohannis kemungkinan bisa menunjuk Shhaideh sebagai
PM Rumania sepanjang pekan ini.
loading...